JAKARTA, gmjnews.com- Karier
Idham Azis melejit setelah bertugas di Densus 88/Anti Teror.Ia ikut dalam
penyergapan Dr. Azahari, teroris yang menjadi dalang Bom Bali II.
Presiden Joko Widodo (Jokowi)
telah mengajukan calon tunggal Kepala Kepolisian RI (Kapolri) pengganti Tito
Karnavian. Nama calon tunggal kapolri telah dikirimkan ke Dewan Perwakilan
Rakyat (DPR) untuk mengikuti uji kepatutan dan kelayakan.
"Pengganti Kapolri sudah
kami kirimkan ke DPR hari ini. Pak Idham Azis," kata Jokowi di Istana
Negara, Jakarta, Rabu (23/10). Idham saat ini menjabat sebagai Kepala Badan
Reserse Kriminal (Bareskrim) Mabes Polri. Nama calon tunggal pengganti Kapolri
diajukan setelah Tito dilantik menjadi menteri dalam negeri (mendagri)
menggantikan Tjahjo Kumolo. Setelah mengajukan calon kapolri, pemerintah akan
menunggu hasil seleksi dan persetujuan dari DPR.
Sebelumnya, Jokowi telah
menunjuk Wakapolri Komjen Pol Ari Dono Sukmanto sebagai pelaksana tugas (Plt)
Kapolri. Ari Dono akan memasuki masa pensiun pada akhir tahun ini.
Siapakah Idham Azis dan
bagaimana prestasinya di Kepolisian? Idham lahir di Kendari, 30 Januari 1963.
Ia adalah adik kelas dari Ari Dono di Akademi Kepolisian (Akpol) yang lulus
pada 1988. Perjalanan karier Idham dan Ari Dono pun beberapa kali beriringan.
Di awal kariernya, Idham
ditugaskan sebagai Pamapta Kepolisian Resor (Polres) Bandung. Sebulan kemudian
ia ditugaskan menjadi kepala Urusan Bina Operasi Lalu Lintas Polres Bandung.
Idham bertugas di Bandung hingga Juni 1999 dengan jabatan terakhir kepala
Kepolisian Majalaya Resor Bandung Kepolisian Wilayah Priangan. Kemudian, ia
ditarik menjadi kepala unit VC Satuan Serse UM Direktorat Serse Kepolisian
Daerah (Polda) Metro Jaya sejak 1 Juli 1999.
Setahun kemudian ia naik
pangkat menjadi wakil kepala Satuan Serse UM Direktorat Serse Polda Metro Jaya.
Karier Idham melesat saat bertugas di bidang reserse. Pada 2002, ia dua kali
dipromosikan. Pada 8 Mei 2002, ia menjadi perwira menengah Sekolah Staf dan
Kepemimpinan Dediklat Polri.
Selanjutnya, ia menjadi kepala
Satuan I Direktorat Reserse Kriminal Khusus Kepolisian Daerah Metro Jaya pada
14 Desember 2002. Setahun kemudian, ia menjadi kepala Satuan III Direktorat
Reserse Kriminal Umum Polda Metro Jaya.
Pada 10 September 2004, Idham
ditugaskan sebagai wakil kepala Kepolisian Resor Metro Jakarta Barat. Sebulan
kemudian ia dipindahtugaskan menjadi inspektur Bidang Operasi Inspektorat
Wilayah Daerah Kepolisian Daerah Sulawesi Tengah (Sulteng).
Melumpuhkan Teroris Bom Bali
Dr. Azahari Kasus besar yang ditangani Idham ketika menjadi kepala Unit
Pemeriksaan Sub Detasemen Investigasi Densus 88 (Anti Teror) adalah kasus Bom
Bali II. Tiga ledakan yang disebabkan oleh bom bunuh diri terjadi di tiga
lokasi pada 1 Oktober 2005, yakni di Kafe Nyoman (Jimbaran), Kage Menega
(Jimbaran), dan Restoran RAJA (Kuta Square).
Serangan teroris yang kemudian
diidentifikasi dilakukan oleh jaringan Jemaah Islamiyah itu menewaskan 23
orang. Sebanyak 15 orang warga negara Indonesia, seorang warga negara Jepang,
empat warga negara Australia, dan tiga pelaku bom bunuh diri.
Pada 9 November 2005, Densus
88 mengepung sebuah vila di Kota Batu, Malang yang menjadi tempat persembunyian
terduga teroris. Dalam penyergapan itu, buronan asal Malaysia Dr. Azahari tewas
ditembak. Azahari adalah dalang dan pembuat bom dalam serangan Bom Bali II.
Idham juga ikut dalam Operasi
Anti-Teror Bakreskrim Poso pada 2005-2007. Tito Karnavian dalam buku yang
berjudul Indonesian Top Secret "Membongkar Konflik Poso" menyebut
konflik Poso diawali oleh kasus mutilasi terhadap tiga siswi Sekolah Menengah
Umum (SMU).
Peristiwa ini membuat
masyarakat Poso dan Sulteng resah. Klimaksnya, muncul ketidakpercayaan terhadap
pemerintah dan aparat keamanan. Sampai DPR pun membentuk Panitia Khusus
(Pansus) Poso. Kapolri Jenderal Polisi Sutanto memerintahkan kabareskrim untuk
membentuk satuan tugas khusus demi membongkar kasus ini.
Tito adalah pemimpin satgas
khusus tersebut sedangkan Idham adalah salah satu anggota timnya. Operasi ini
berhasil membongkar dan menangkap puluhan tersangka yang menjadi buron.
Prestasi yang diraih Idham dalam penanganan kasus Bom Bali II dan operasi di
Poso membuatnya dianugerahi kenaikan pangkat luar biasa.
Dari Densus ke Kapolda Metro
Jaya hingga Kabareskrim Setelah menjadi kepala Sub Detasemen Investigasi Densus
88 (Anti Teror) Bareskrim Polri, pada akhir 2008 Idham diangkat menjadi
Kapolres Metro Jakarta Barat. Setahun kemudian ia ditarik menjadi direktur
Reserse Kriminal Umum Polda Metro Jaya.
Karier Idham terus melejit
dari wakil kepala Densus 88/Anti Teror Polri pada 2010 lalu direktur Tindak
Pidana Korupsi (Tipikor) Bareskrim Polri pada 25 Maret 2013. Hanya berselang
setahun, Idham ditunjuk menjadi Kapolda Sulteng menggantikan Ari Dono.
Dua tahun bertugas di daerah,
Idham kembali ditarik ke pusat sebagai inspektur wilayah II Inspektorat Wilayah
Umum Polri pada 28 Februari 2016. Masih di tahun yang sama, Idham mengemban
tugas baru sebagai kepala Divisi Profesi dan Pengamanan Polri.
Pada 20 Juli 2017, penerima
tanda jasa Satya Lencana Kesetiaan 8 Tahun ini ditunjuk menjadi Kapolda Metro
Jaya ke-37 menggantikan Komjen Pol. Mochamad Iriawan. Sejak 22 Januari 2019,
Idham menduduki jabatan Kabareskrim. Ia menggantikan Komjen Pol. Arief
Sulistyanto yang ditugaskan menjadi Kepala Lembaga Pendidikan dan Pelatihan
Polri.
(Sumber: https://www.poskotasumatera.com/2019/10/ini-sosok-pengganti-kapolri-sekarang.html)